Setiap wanita pasti senang jika pujian cantik terlontar dari mulut seseorang. Namun, kata-kata itu jarang didengar Harnaam Kaur. Sebab, dilihat sekilas, ia mirip seorang laki-laki.
Wajahnya penuh jenggot serta kumis tipis yang menyatu dengan jenggotnya. Dadanya pun dipenuhi bulu-bulu halus. Namun, ia percaya diri mengenakan blus dengan rok pensil. Gayanya pun tampak feminin.
Sebagian orang mungkin berpikir ia adalah seorang transgender. Tapi, Harnaam tidak pernah mengubah apa pun dari bagian tubuhnya. Ia hanya mengidap sindrom ovarium polisistik. Penyakit ini membuatnya memiliki jenggot, layaknya seorang pria.
Harnaam adalah seorang wanita asal Slough, Berkshire, Inggris. Ia memiliki jenggot sejak usia 11 tahun. Sejak itu, rambut mulai menyebar dengan cepat ke dada dan kedua lengannya.
Kondisi ini tak ayal membuatnya kerap di-bully. Bahkan, ancaman pembunuhan pun pernah didapatnya dari orang-orang yang tak ia kenal di internet.
Harnaam sempat tidak percaya diri dengan kondisinya, ia sempat rajin mencukur jenggot dan rambut yang menutupi tubuhnya hingga dua kali dalam sepekan. Ia pun rutin melakukan bleaching. Tapi, semakin sering ia mencukur, rambut-rambut itu justru semakin tebal dan menyebar ke mana-mana.
Akibatnya, Harnaam enggan keluar rumah, ia mengaku tak tahan dengan pandangan aneh orang lain. Ia bahkan mulai menyakiti diri dan sempat terpikir untuk bunuh diri. Demi menutupi seluruh rambut di tubuhnya, Harnaam pun kerap mengenakan baju-baju pria.
"Saya di-bully habis-habisan, di sekolah saya dipanggil 'beardo' dan panggilan lain seperti 'shemale' dan 'sheman'," ujar Harnaam seperti dilansir Daily Mail.
Berubah di usia 16 tahun
Namun, ketika usia Harnaam mencapai 16 tahun, segalanya berubah, terutama semenjak ia memutuskan untuk dibaptis menjadi seorang Sikh. Sikh merupakan sebuah agama yang kebanyakan dianut masyarakat Asia Selatan.
Agama ini memang melarang umatnya untuk memotong rambut yang tumbuh di tubuh mereka. Keputusan ini bukannya tak mendapat tentangan dari kedua orangtuanya.
"Mereka khawatir saya takkan bisa menikah dan mendapat pekerjaan. Tapi, saya ingin membuat keputusan untuk hidup saya sendiri. Sudah cukup saya bersembunyi," katanya.
Harnaam pun membiarkan rambut tumbuh di wajah dan dadanya. Kendati begitu, kedua orangtua Harnaam akhirnya menerima keputusan putri pertama mereka itu. Sang adik, Gurdeep Singh, pun jadi pendukung terbesarnya.
Meski awalnya sulit mencari pekerjaan dan mendapat tekanan dari keluarga besarnya, akhirnya Harnaam diterima sebagai salah seorang asisten pengajar di sebuah SD khusus anak Sikh setempat. Tak ayal, ini membuat kepercayaan dirinya meningkat drastis.
"Saya takkan pernah kembali (ke masa lalu) dan menghilangkan rambut di wajah saya, karena Tuhan membuat saya seperti ini dan saya bahagia dengan diri saya sekarang. Saya juga merasa lebih feminin dan seksi," tuturnya.
Harnaam pun memutuskan membagi kisahnya di YouTube dan terus mengunggah video agar para wanita di sekitarnya terinspirasi padanya dan mendapatkan kepercayaan diri mereka, kendati ancaman kematian juga terus berdatangan.
Akan tetapi, banyak juga yang memberikan pesan positif, terutama dari wanita-wanita yang bernasib sama dengannya.
Sindrom ovarium polisistik ditandai dengan tingginya kadar hormon testosteron pada wanita, adanya kista yang tumbuh di ovarium serta ovarium yang tidak rutin melepas sel telur. Tak heran, para wanita yang menderita sindrom ini kerap mengalami pertumbuhan rambut yang tidak biasa pada tubuh mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar