1. Fetisme Popok Bayi
Kelainan ketertarikan seksual yang satu ini disebut juga dengan parafilia infantilisme, dilakukan oleh seseorang yang menikmati kepura-puraan sebagai bayi. Meski melibatkan bayi namun tidak ada berhubungan dengan pedofilia, hanya saja para pelakunya sangat menikmati berbagai benda yang identik dengan bayi. Salah satunya adalah dengan popok bayi, pelaku fetis akan mendapatkan kenikmatan hingga mencapai klimaks kepuasan seksual. Dan bukan itu saja ada pula yang tergairahkan ketika ia melihat popok bayi, baik dipakai atau tidak.
Kepuasan yang didapatkan oleh pelaku dan penderita fetisme ini adalah dengan ber’solo ria’ dengan organ genitalnya, sambil memegang, melihat ataupun menggunakan popok. Para penderita prafilia infatilisme ini memang lebih tersembunyi dibandingkan dengan parafilia lainnya, namun sekaligus mudah karena ia akan sangat antusias ketika melihat popok bayi.
2. Katoptronofilia (Bayangan di dalam Kaca)
Prafilia yang satu ini berawal dari sebuah bayangan yang terdapat di dalam kaca cermin, ataupun kaca yang mencerminkan. Gairah seksual seorang katoptronofilia akan terpicu ketika ia melihat bayangan dirinya di dalam cermin, dan mereka pun akan mendapatkan kepuasan dengan cara ber’solo ria.’ Bahkan para penderita katoptronofilia akan memasang banyak cermin di berbagai ruangan rumahnya, itu dimaksudkan agar bisa memuaskan gairah di mana mereka bisa.
Mungkin kelainan ini ada persamaannya dengan narsisme, obsesi, persekutuan dan kemanunggalan diri. Di sisi lain cermin memiliki efek luar biasa bagi seseorang, melalui cermin seseorang dapat merasa cantik ataupun tampan dari sudut manapun, dan han tersebut membut gairah seseorang meninggi.
3. Hibristofilia (Sosok yang Slengean, Cuek)
Berasal dari bahasa Yunani Hubris yang bermakna slengean, cuek. Kelainan seksual yang satu ini lebih banyak dialami oleh para perempuan dibandingkan lelaki. Hibristofilia adalah ketika seseorang tertarik secara seksual dengan hal-hal berbau pemberontakkan, misalnya ketika seorang perempuan bergairah ketika melihat lelaki bertato menggunakan motor besar, ataupun ketika melihat penampilan khas seorang koboy –sepatu but, rompi kulit, kumis tipis dan janggut, serta sosok lelaki ganteng dan slengean lainnya. Hal tersebut membuktikan sebuah ungkapan klasik anak sekolahan dari masa ke masa,”Lelaki yang slengean, ganteng, dan badung lebih mudah mendapatkan pacar dibandingkan dengan lelaki yang memiliki prestasi akademis dan soleh sekalipun.”
Bahkan di Amerika Serikat ada sebuah kisah asmara menarik antara seorang pembunuh dengan seorang perempuan. Pembunuh tersebut adalah Richard Ramirez, seorang yang telah melakukan pemerkosaan disertai pembunuhan terhadap 14 orang. Ketika Richard menjalani hukuman di sebuah penjara negara San Quentin, ia menjalin korespondensi yang intensif selama 11 tahun dengan seorang perempuan bernama Doreen Lioy seorang editor freelance sebuah majalah. Bahkan kisah cinta mereka berlanjut hingga jenjang pernikahan yang berlangsung di dalam penjara pada 1996. Begitu besarnya cinta Doreen hingga ia menyatakan akan melakukan aksi bunuh diri jika Ramirez dieksekusi mati.
Kecintaan Doreen terhadap Ramirez merupakan contoh dari sebuah fenomena parafilia hobristofilia.
4. Kleptolagnia
Parafilia yang satu ini adalah gairah seksual yang dipicu oleh sebuah pencurian. Fetisme yang satu berhubungan dengan pola hidup seseorang penderita kleptomania (hobi mencuri), namun yang membedakannya adalah tujuanya, kleptolagnia adalah orientasi seksual. Ia menggunakan alat atau barang hasil curian untuk mendapatkan kepuasan seksual. Dan kleptoplagnia yang ekstreme adalah mencuri organ tubuh sesosok mayat untuk disimpan sebagai kenang-kenangan. Mayat tersebut bisa merupakan korban pembunuhan yang dilakukan oleh si pelaku itu sendiri, ataupun dari kamar mayat bahkan pemakaman.
5. Podofilia
Yang satu ini sedikit menggelikan, yakni parafilia fetisme yang disebabkan oleh ketertarikan terhadap kaki ataupun sepatu. Para penderitanya begitu mengagumi dan menikmati kaki telanjang ataupun bersepatu dari pasangannya. Ia bahkan mendapatkan kepuasan tanpa harus melakukan hubungan intim, hanya dengan ber’solo ria’ sambil menyentuh kaki ataupun sepatu milik pasangannyab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar