Tonle Sap (terjemahan langsung: Danau Besar) adalah danau air tawar terbesar di Asia Tenggara dan dianggap sebagai tempat penting ekologi Kamboja. Danau ini agak berbeda dari danau lain karena dua alasan. Pertama, air danau ini pasang pada musim muson dan surut pada musim kering. Kedua, aliran air berubah dua kali dalam setahun.
Di luar fakta ekologis itu, Tonle Sap juga menjadi rumah bagi beberapa desa terapung yang dapat dikunjungi dengan perahu.
Di luar fakta ekologis itu, Tonle Sap juga menjadi rumah bagi beberapa desa terapung yang dapat dikunjungi dengan perahu.
Saya sudah mengunjungi Tonle Sap dua kali, masing-masing ke desa Chong Kneas dan Kampong Khleang. Amat mengesankan. Jika Anda ingin berkunjung, silakan hubungi agen perjalanan di kota Siam Reap.
Perjalanan saya ke Tonle Sap benar-benar membuka cakrawala pengetahuan. Saya belum pernah melihat desa terapung sebelumnya — atau berpikir bagaimana caranya orang bisa bertahan hidup di lingkungan seperti ini. Danau Tonle Sap membantu saya mengerti mengapa desa terapung bisa berkembang di sini.
Perjalanan saya ke Tonle Sap benar-benar membuka cakrawala pengetahuan. Saya belum pernah melihat desa terapung sebelumnya — atau berpikir bagaimana caranya orang bisa bertahan hidup di lingkungan seperti ini. Danau Tonle Sap membantu saya mengerti mengapa desa terapung bisa berkembang di sini.
Tonle Sap terkenal sebagai salah satu daerah tangkapan ikan paling menghasilkan di dunia. Jutaan penduduk Kamboja menggantungkan hidupnya pada danau ini (yang memenuhi 75 persen kebutuhan tangkapan ikan mereka). Amat rumit untuk mempelajari betapa pentingnya danau ini tak hanya bagi penduduk sekitar, tapi juga banyak penduduk lain di seluruh Kamboja.
Dengan wisata perahu, saya melihat kehidupan orang di Tonle Sap. Ada rumah perahu, juga rumah panggung di pinggir danau.
Dengan wisata perahu, saya melihat kehidupan orang di Tonle Sap. Ada rumah perahu, juga rumah panggung di pinggir danau.
Ada juga beberapa sekolah terapung. Beberapa kali saya melihat anak-anak mendayung perahu dari rumah menuju sekolah.
Terdapat pula beberapa toko terapung yang berjualan berbagai barang dan jasa. Saya juga melihat perahu kecil menyusuri rumah warga dan berjualan sayur dan bahan pangan lainnya.
Kami juga mampir ke peternakan buaya, sebuah industri yang menjanjikan pada beberapa tahun lalu. Kulit buaya dijual untuk industri kulit, sementara dagingnya dijual ke restoran di Siem Reap.
Tetapi yang paling mengesankan adalah ketika kami berjalan kaki ke desa-desa pinggir danau. Saya dapat melihat langsung keseharian penduduk. Mereka kebanyakan bekerja memanfaatkan tangkapan ikan. Mereka membikin terasi, ikan asap dan bahkan memberi makan bebek dan ayam dengan ikan kering.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar